Skip to main content

Kapan (Siap) Nikah?


Sebuah Pertanyaan
Saat ini umur saya 23 tahun. Alhamdulillah, sudah lulus kuliah dan sudah punya penghasilan sendiri.
Pasti sudah bisa ditebak dong apa pertanyaan orang sekitar pada umumnya?

"Kapan nikah?"

Yakin banget, saya bukan satu-satunya orang yang sering dapat pertanyaan seperti ini.
Kamu yang baca tulisan ini pasti udah sering ditanya hal yang sama. Jawaban kamu apa?
'Mau S2 dulu'?
'Jodohnya belom ada.'
'Ngumpulin uang dulu.'
dll, dsb, dst.

Buat saya pribadi ini bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Growing up as a teenager in a broken home family, tanpa sadar membuat saya agak sulit untuk memulai hubungan romantis dengan seseorang. I have a lot of guy friends. Easy for me to make new friends. But when it comes to a romantic relationship, I could take months to finally say 'Ok, let's be a couple!'.
Ini baru pacaran. Kebayang engga, kalau saya mulai memasuki fase 'jenjang berikutnya'?

Kadang saya kepikiran. Misalkan uang sudah ada, jodoh sudah ada, S2 sedang/sudah di tangan. Apakah menjamin bisa menjawab pertanyaan 'kapan nikah'?
Atau mungkin pertanyaan ini harusnya diganti jadi:

"Kapan siap nikah?"

Panik?
Panik itu wajar kok. Saya panik (BANGET) ketika ditanya kesiapan saya untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Banyak pertanyaan 'nanti bagaimana?' yang perlu dibicarakan bareng partner saya. Saya bukan tipe yang jalanin aja dulu, menurut saya sebuah perencanaan itu penting banget agar kami berdua lebih siap dan ENGGA PANIK!

Dalam rangka mengurangi kepanikan, kami mencoba mencari pertolongan dari berbagai artikel. Mulai dari artikel receh macam hipwee, sampai artikel serius yang bahas menikah dari sisi psikologi. Beberapa kali kami bahas teori tentang cinta, attachment, dll. Tapi jujur, agak sulit menjelaskannya haha. Jadi nyesel dulu engga ambil kelas Hubungan Interpersonal :(

Memulai Diskusi
'Duh ini mau nikah atau kerjasama bisnis sih? Ya kali pakai diskusi dulu.'
Yaa memilih partner bisnis aja engga bisa sembarangan, apalagi memilih partner seumur hidup?

It's about US. Makanya diskusi itu PENTING!

Saya sendiri memulai dengan duduk bareng dan sama-sama mencoba menjawab 18 Pertanyaan yang Harus Kamu Ajukan Sebelum Menikah. Kalau ditanya apa rasanya ngobrolin hal beginian untuk pertama kali, DUH PUSING! Biasanya bercanda receh, tapi ini super serius. Rasanya malah makin banyak yang dipikirin!
Namun karena penulis artikel tersebut dari luar negeri, bahasannya menurut saya terlalu general. Kurang pembahasan dengan kearifan lokal. Rasanya diskusi ini kurang afdol.

Beruntung saya menemukan akun psikologi yang terjamin secara teori. Namanya @generasi.2 . Nah akun ini keroyokan dengan banyak Psikolog lain, baru aja menerbitkan buku 'Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan'. WADUH PAS BANGET DONG BUAT SAYA!
Setelah beberapa kali numpang baca di toko buku lihat review, akhirnya saya memutuskan untuk beli bukunya online. (Iya, kalau beli online lebih murah beberapa ribu perak haha #SayangUangnya).

Isi bukunya oke banget! Selain desainnya yang engga kacangan, saya suka dengan alur bukunya yang mengajak kita untuk mengenali diri dulu sebelum lanjut ke mengenali pasangan. Berbeda dengan si artikel tadi, di buku ini tiap bab-nya runut. Ada beberapa hal yang belum dibahas di artikel. Konteksnya pas banget dengan budaya indonesia. Saya senang juga bahwa pembahasannya tuh engga asal, tapi berdasarkan teori psikologi. Nah yang paling penting nih, bahasa yang digunakan pas buat muggle orang awam yang engga punya background psikologi.
Awalnya buku ini mau dijadikan piala bergilir di geng saya buat yang mempersiapkan pernikahan. Tapi engga jadi karena di beberapa halaman dalam buku ini ada kuis kecil buat saya dan pasangan. Hihi hasil dari si kuis ini bisa jadi bahasan diskusi lagi lho.

Sedikit cuplikan dari daftar isi si buku Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan

Buku ini bukan tanpa kekurangan. Memang untuk persiapan mental, lengkap banget. Namun untuk persiapan teknis pesta pernikahan, buku ini belum lengkap. Saya masih harus berburu lagi informasi ini dari sumber lain.

Perintilan Pesta Pernikahan
Thank you instagram, sekarang menikah tuh rasanya jadi mahal banget! Stres engga sih kalau baca cerita orang menghabiskan biaya nikah sampai ratusan juta? Duh.
Saya sih juga engga berminat mengadakan pesta besar mewah ala selebgram. Saya lebih ingin merayakan dengan orang-orang terdekat dan intimate aja. Tapi harus mulai dari mana?

Beruntung saya kenal Nisa di Limitless Campus. Anak yang hobinya nyengir lebar ini adalah seorang banci event. Kayanya engga kehitung deh jumlah event yang pernah dia tangani. Kerennya lagi, Nisa baru aja punya Wedding Organizer sendiri, The Palakrama. Senangnya lagi, kemarin The Palakrama baru mengadakan workshop pertamanya 'Pesta Nikah Surplus'.

Mbak Peggy yang super keren dalam dunia event organizing.

Banyak banget ilmu yang saya dapatkan hari itu! Saya coba share beberapa 'poin' yang menarik yaa.

1. Mulailah dengan Menentukan Budget
Selama ini saya kira memulai pesta itu dengan menetukan konsep atau booking venue. Tapi ternyata kurang tepat. Mulailah dengan menentukan budget dan stick to it no matter what. Konsep, venue, vendor, dll haruslah mengikuti budget yang sudah ditentukan di awal.
Lalu baiknya nge-budgetin berapa buat nikah? Ya tergantung kamu ikhlasnya ngeluarin berapa duit buat pesta 2 jam aja :)
2. Siapa Bayar Apa
Ini harus jelas banget. Diskusi dengan pasangan. Apakah dari kocek sendiri atau orangtua? Siapa yang bayar gedung? Siapa yang bayar katering? Dan banyak banget perintilan lainnya.
3. Surplus? Maksudnya?
Poin ini menarik banget. Surplus di sini bukan profit layaknya bisnis sih. Tapi lebih ke memperkirakan kamu akan dapat apa setelah mengeluarkan uang sebanyak itu. Bisa mulai dengan memperkirakan besaran amplop yang diterima ataupun barang kebutuhkan rumah tangga baru. Saya sendiri sepertinya akan menyiapkan wishlist kebutuhan rumah tangga. Kali aja ada tamu yang ingin beri kado tapi engga tahu persis saya lagi butuh apa kan? :p
4. Menata Makanan
Ada trik cerdiknya dalam menata buffet dan stall. Intinya sih, siapkan proporsi buffet dan seluruh stall haruslah 75:25. Perbanyak stall, jadi antrian engga numpuk. Kalau bisa, beberapa menu buffet diubah jadi stall aja.
5. Hati-Hati dengan Paket Wedding
Perhatikan baik-baik penawaran paket wedding. Kalau engga tahu persis komponen yang bisa dinego, jadinya malah lebih mahal lho.
6. Pakai WO atau Engga?
Pakai WO bisa menghemat waktu dan tenaga (pikiran sih kayanya tetap sama pusing yaa :p). Selain punya kenalan vendor, WO bisa juga jadi penengah kalau ada problem antar 2 keluarga. WO yang bagus apa dong? Waduh, ini sih kayanya tergantung selera (dan budget) yaa.

Senang banget dengan workshop kecil yang bahasannya belum tentu bisa saya dapatkan cuma dari baca artikel. Lebih senang lagi saat dikasih buku catatan yang berisi checklist segala perintilan pernikahan. Yeay, aku engga perlu beli buku checklist dari WO yang mahal itu deh!

Siapa sih yang kepikiran perintilan kaya begini?!

Lalu, Kapan Siap Nikah?
Saya belum bisa jawab. Tapi yang pasti saya sudah tidak panik dan lebih siap dibanding setahun lalu.
Tulisan ini saya buat untuk berbagi aja ke teman-teman yang akan/sedang ngebet/penasaran menikah. Kalau ada saran/tambahan, boleh banget lho share di comment. Semoga sharing saya ini membantu untuk lebih siap menapaki jenjang baru ya!

Buku pegangan wajib saya dan calon partner hidup.

Comments

  1. Nice post. It seems that we come from a similar family background, it is hard to live with it in Indonesia, but isn't that fun to break the paradigm in people's mind that we can surpass others?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Y!
      Thanks for passing by and leave a comment.
      Exactly my thought. Sometimes the majority of people giving the label, just because they don't know us well. ;)

      Delete
  2. sudah minim ada blog wed-prep dan open for public. media sosial makin personal sih ya... gak sosial sosial amat. hehehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Passerby's Favorites