Skip to main content

kelas pidato

Hai saat nulis ini, gue udah ngambil rapot dan penentuan jurusan. Hem rapot gue lumayan sih. Yang jadi masalah, gue dapet ipa! Padahal gue pengen banget ips. Dan sekarang gue lagi sekalian bikin surat permohonan pindah jurusan. Wish me luck!

Anyway, kepikiran soal jurusan di sekolah dan tweet-nya Diaz, gue jadi keingetan sama pidato gue untuk tugas bahasa Indonesia. Waktu itu kelas gue dapet tugas pidato yang dengan tema bebas. Karena gue orang yang cukup concern sama dunia pendidikan, otomatis pidato gue ga jauh-jauh dari situ. Akhirnya gue membuat pidato (yang pembuatannya sangat singkat) dengan judul : Sistem Pendidikan di Indonesia.

For you to notice: gue nge-post pidato ini cuma buat ngisi blog gue. Oh iya, kata-katanya formal banget karena ini emang buat tugas bahasa Indonesia!


Sistem Pendidikan di Indonesia

Kepada yang terhormat Bapak Junarto, selaku guru bahasa Indonesia. Aryo Aji Seno, selaku ketua kelas X-I. dan teman-teman X-I yang saya cintai.

Assalamualaikum wr wb.

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME yang telah member kita nikmat sehat sehingga kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal afiat.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak junarto yang telah member saya kesempatan sehingga saya dapat berdiri di sini untuk menyampaikan pidato saya. Topik pidato saya kali ini adalah Pendidikan di Indonesia.

Sebelumnya saya ingin memberitahu bahwa isi pidato ini adalah menurut pandangan saya. Tidak lain tidak bukan, tujuan saya hanya untuk member informasi dan menyampaikan opini-opini saya kepada teman-teman.

Teman-teman yang tercinta, 2 Mei lalu bangsa Indonesia baru saja merayakan Hari Pendidikan Nasional. Hari yang sangat bersejarah dalam dunia pendidikan. Hari yang menjadi symbol musnahnya kebodohan bangsa Indonesia.

Tetapi ironisnya, yang saya lihat beberapa tahun belakangan ini adalah krisisnya kepercayaan diri dalam pendidikan. Menurut saya system pendidikan saat ini mengikis kepercayaan diri anak.

Contoh kasusnya adalah stigma masyarakat yang menganggap anak yang cemerlang dalam matematika lebih hebat daripada anak yang pintar bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan anak yang dianggap tidak hebat itu menjadi tidak percaya diri dalam memepelajari bidang yang dikuasainya.

Mengapa hal ini sering terjadi di masyarakat kita? Mari kita kembali ke masa penjajahan. Seperti yang kita ketahui, dulu di masa penjajahan pendidikan sangat sulit didapatkan. Hanya bangsawan dan orang-orang yang dianggap penting yang dapat menikmatinya. Itu pun hanya sebatas baca tulis hitung. Oleh karenanya, pendidikan di sekolah menjadi suatu fasilitas eksklusif yang dapat menunjukkan status seseorang. Sejak itulah stigma masyarakat mulai terbentuk. Yang berhitunglah yang lebih hebat. Karena rata-rata pada masa itu orang bisa menguasai banyak bahasa bahkan tanpa perlu sekolah. Stigma yang salah ini terus berlanjut hingga sekarang, di masa modern ini.

Saya sangat menetang stigma ini. Kita sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai Tuhan, seharusnya percaya bahwa Tuhan Maha Adil. Manusia diciptakan lengkap dengan 8 kecerdasan. Kecerdasan-kecerdasan ini tidak sama rata. Ada yang sangat menonjol ada pula yang kurang menonjol.

Contohnya banyak kita temukan sehari-hari. Ada anak yang sangat pandai berhitung, kemampuan berbahasanya biasa-biasa saja. Ada anak yang menguasai banyak bahasa, tetapi berhitungnya lambat. Ada anak yang prestasi akademisnya biasa, tetapi menguasai cabang olahraga.

Karena dasar inilah saya berpendapat seharusnya system pendidikan di Indonesia berpedoman pada Eropa. Siswa dapat memilih pelajaran sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Teman-teman yang saya cintai, saya sangat berharap system seperti ini akan berlaku di Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Tetapi untuk saat ini, saya ingin kita semua sadar bahwa semua manusia itu cerdas.

Akhir kata, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak. Maaf bila ada salah-salah kata. Semoga pidato saya dapat menjadi bahan renungan kita semua. Amin.
Wa alaikumsalam wr wb.


Gue masih inget abis tepuk tangan anak-anak dan teriakan setuju setelah gue pidato hehe.

Special thanks to: tante Ibe; penghuni kelas X-I 2009/2010 yang menginspirasi pidato ini; dan kalian yang mau repot-repot baca pidatonya haha.

Comments

Passerby's Favorites