Ketika menulis ini saya sedang menunggu flight pulang ke
Jakarta. Sendirian. Di pinggir pantai.
Aneh ya? Liburan itu kan enaknya ramai-ramai. Kedatangan
saya ke Bali kali ini pun ramai-ramai. Namun saya sengaja memesan flight pulang
lebih malam dari teman-teman yang lain. Sengaja karena ingin sendirian. Sudah
menjadi kebiasaan bahwa di setiap trip saya selalu menyisipkan agenda untuk
me-time. Ini adalah agenda pribadi di mana saya bisa sendirian untuk sekadar
duduk atau jalan-jalan santai. Saya merasa saat saya sendirian begini, berbagai
ide ataupun pertanyaan aneh suka muncul. Somehow, bermacam hal yang saya
pikirkan ini membuat saya merasa lebih fresh setelah liburan. Kebetulan juga
saat menulis ini baik laptop maupun handphone saya low-bat. Postingan kali ini
aslinya saya tulis tangan di kertas, dan saya ketik ulang karena ternyata
tulisan tangan saya seperti cakar ayam! :p
Anyway, dari berbagai pengalaman me-time saya di berbagai
tempat, saya baru menyadari bahwa melamun di pinggir pantai itu yang paling
asyik. Saat ini saya sedang duduk di bangku kecil di bawah pohon. Saya sengaja
melepas sepatu dan membenamkan kaki saya (yang sudah belang ini) ke dalam
lembutnya hamparan pasir Kuta. Cuaca sore ini cerah. Matahari masih bersinar terik.
Baju saya mulai basah oleh keringat. Kulit muka pun mulai terasa lengket. Tapi
ternyata alunan suara ombak berhasil membuat saya tetap bertahan di sini.
Saya kurang paham ada proses apa yang terjadi setiap saya
pergi ke pantai. Namun rasanya tidak ada yang bisa mengalahkan rasa tenang yang
muncul ketika mendengar desiran ombak. Ombak kecil perlahan-lahan bergulung dan
akhirnya pecah di tepi pantai. Pun dengan air laut. Rasa asin yang khas ini
selalu berhasil membuat pikiran saya lebih rileks. Bagian favorit saya? Tentu
ketika si ombak akhirnya berhasil menyentuh kaki saya. Ombak ini seakan
menggoda saya untuk bermain bersama. Kalau tidak ingat bahwa saya harus
mengejar pesawat pulang (dan fakta bahwa saya sudah kehabisan stok baju
bersih!), rasanya saya ingin meladeni si ombak ini.
Sudah beberapa hari saya selalu menghabiskan sore dengan
menikmati sunset. It’s always the best part of the day! Diam dan hanya menunggu
si matahari terlelap. Suasana sekeliling saya perlahan menjadi gelap seakan
ingin berkata, “Yuk, sudahi dulu.” Dan sekejap hilanglah segala pikiran-pikiran
yang lama mengendap di kepala dan perasaan-perasaan cemas yang menghantui.
Sekali lagi, tiba-tiba saya merasa lebih tenang dan senang.
Kuta, September 2016.
Jasmine.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteHellooooo! So sorry I accidentally removed your comment. Completely have no idea how this blog works :(
DeleteAnw thank you for passing by! :)